Perilaku atau aktivitas manusia
merupakan manifestasi kehidupan psikisnya. Perilaku pada manusia itu tidak
timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau
rangsang yang mengenai individu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban
terhadap stimulus yang mengenainya.Untuk memahami lebih jauh tentang ini, maka
dikemukakan beberapa hal berikut:
1. Formulasi Perilaku
a. Perilaku diformulasikan
sebagai : R = f (S,O ), dengan
pengertian bahwa R adalah respon, f = fungsi, S = stimulus, dan O = organisme.
Formulasi ini berarti bahwa respon merupakan fungsi atau bergantung pada
stimulus dan organisme.Selanjutnya dikemukakan oleh Woodworth dan Schlosberg,
bahwa apa yang ada dalam diri organisme adalah apa yang telah ada pada
diri organisme itu atau apa yang pernah telah dipelajari oleh organisme yang
bersangkutan, yang disebut anteseden atau disingkat dengan A.
Karena itu, maka formula tersebut di atas berubah menjadi R = f
(S,A).
b. Perilaku diformulasikan sebagai : B = f(E,O), dengan pengertian bahwa B =
behavior atau perilaku; f = fungsi; E = enviroment atau lingkungan; dan O =
organisme. Formulasi ini pada prinsipnya sama
saja dengan yang di atas.
c. Perilaku diformulasikan sebagai P = f (HET) dengan pengertian P = personal
atau individu; f = frekwensi; H = herediter/pembawaan; E = enviroment atau
lingkungan dan T = time yaitu waktu/kematangan. Dengan demikian individu
beraktivitas berdasarkan hasil frekwensi/perkalian antara herediter,
lingkungan, dan kematangan usia.
d. Perilaku diformulasikan sebagai R = f (s,p) dengan pengertian R = respon, yaitu
jawaban perilaku; f =
frekwensi/perkalian; s = situation
atau situasi; dan p = personality, yaitu kepribadian. Artinya setiap perilaku
merupakan suatu respon terhadap adanya stimulus berupa situasi yang
berinteraksi dengan kepribadian seseorang. Maknanya, tidak semua orang
berperilaku sama terhadap situasi yang sama, karena adanya perbedaan
kepribadian yang berbeda.
2. Jenis Perilaku
Ada
beberapa jenis perilaku yang ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda, antara
lain:
a. Perilaku
tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup artinya perilaku itu tidak
dapat ditangkap
melalui indera, melainkan harus menggunakan alat pengukuran tertentu, seperti
psikotes. Contohnya:
berpikir; berfantasi, kreatifitas, dll. Sedangkan perilaku terbuka yaitu
perilaku yang bisa langsung dapat
diobservasi melalui alat indera manusia, seperti tertawa, berjalan, berbaring,
dll.
b. Perilaku
reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku reflektif merupakan perilaku
yang terjadi atas
reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme. Misal reaksi
kedip mata bila kena
sinar, menarik jari bila kena panas, dan sebagainya. Perilaku reflektif ini
terjadi dengan sendirinya secara
otomatis tanpa perintah atau kehendak orang yang bersangkutan, sehingga di luar
kendali manusia.. Lain
halnya dengan perilaku non reflektif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur
oleh pusat kesadarn atau otak.
Proses perilaku ini disebut proses psikologis.
c. Perilaku
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perilaku kognitif atau perilaku yang
melibatkan proses
pengenalan yang dilakukan oleh otak, yang terarah kepada obyektif,
faktual, dan logis, seperti berpikir
dan
mengingat. Perilaku afektif adalah perilaku yang berkaitan dengan perasaan atau
emosi manusia yang
biasanya bersifat subyektif. Perilaku motorik yaitu perilaku yang
melibatkan gerak fisik seperti memukul,
menulis, lari, dan lain sebagainya..
3. Pembentukan Perilaku
Ada
beberapa cara pembentukan perilaku, antara lain sebagai berikut.
a. Melalui
kondisioning atau pembiasaan, yaitu dengan cara membiasakan diri untuk
berperilaku seperti yang diharapkan, yang akhirnya terbentuklah perilaku tersebut.
Misalnya anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok gigi sebelum tidur,
mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan
diri untuk tidak terlambat datang ke sekolah, dan sebagainya.. Cara ini
didasarkan pada teori behaviorisme, terutama teori konditioning Pavlov,
Thorndike, dan Skinner,
b. Melalui pengertian (insight), yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang perilaku yang akan dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri, Salah seorang tokoh yang menganut teori ini adalah Kohler, yang juga merupakan tokoh psikologi Gestalt.. Dia menemukan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.
c. Melalui penggunaan model, yaitu pembentukan perilaku melaui model atau contoh teladan.Orang mengatakan bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, peminpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara ini disarakan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura.
4. Beberapa Teori Perilaku
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut.
a. Teori Insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial, yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat tanggapan yang cukup tajam dari Allport yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya.
b. Teori dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhan itu, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu, menurut Hull, teori ini disebut juga teori drive reduction.
c. Teori Insentif (incentive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insntif akan mendorong organisme itu berbuat atau berperilaku. Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif ada yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement negatif akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini dikupas secara tajam dalam psikologi belajar.
d. Teori Atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap, dan sebagainya) atau oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut akan dibicakan dalam psikologi sosial.
e. Teori Kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan mnemilih alternatif perilaku yang akan memb aa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut sebagai model subjective expected utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU kepentinngan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.
b. Melalui pengertian (insight), yaitu memberikan dasar pemahaman atas alasan tentang perilaku yang akan dibentuk, misalnya datang kuliah jangan terlambat, karena hal tersebut dapat mengganggu teman-teman yang lain. Bila naik sepeda motor pakai helm, karena helm tersebut untuk keamanan diri, Salah seorang tokoh yang menganut teori ini adalah Kohler, yang juga merupakan tokoh psikologi Gestalt.. Dia menemukan dalam eksperimennya bahwa dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.
c. Melalui penggunaan model, yaitu pembentukan perilaku melaui model atau contoh teladan.Orang mengatakan bahwa orang tua sebagai contoh anak-anaknya, peminpin sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Cara ini disarakan atas teori belajar sosial (social learning theory) atau observational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura.
4. Beberapa Teori Perilaku
Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungannya. Perilaku itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori. Di antara teori tersebut sebagai berikut.
a. Teori Insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall, sebagai pelopor dari psikologi sosial, yang menerbitkan buku psikologi sosial pertama kali.Menurutnya, perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku innate, yaitu perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat ini mendapat tanggapan yang cukup tajam dari Allport yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan karena banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya.
b. Teori dorongan (drive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme itu mempunyai kebutuhan, dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhan itu, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut. Oleh karena itu, menurut Hull, teori ini disebut juga teori drive reduction.
c. Teori Insentif (incentive theory)
Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insntif akan mendorong organisme itu berbuat atau berperilaku. Insentif atau bisa disebut reinforcement ada yang positif ada yang negatif. Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman. Reinforcement yang positif akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement negatif akan dapat menghambat dalam organisme berperilaku. Ini berarti bahwa perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement. Perilaku semacam ini dikupas secara tajam dalam psikologi belajar.
d. Teori Atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap, dan sebagainya) atau oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi juga dapat atribusi eksternal. Mengenal hal ini lebih lanjut akan dibicakan dalam psikologi sosial.
e. Teori Kognitif
Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang bersangkutan akan mnemilih alternatif perilaku yang akan memb aa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan. Ini yang disebut sebagai model subjective expected utility (SEU). Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor berpikir berperan dalam mementukan pilihannya. Dengan kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangannya di samping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU kepentinngan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang berperilaku kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar