MAKALAH
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN REMAJA
Mata Kuliah :PsikologI Perkembangan
Dosen Pengajar :Esti Aryany
safithry,M,Psi

Di Susun Oleh :
Kelompok 3
ANNA
PUSPITA NIM:13.21.014858
DWI
RETNO NIM:13.21.014874
YAKOBUS
RIBAK NIM:13.21.014497
M.FAJAR
YANUAR NIM:13.21.014496
AWAT NIM:13.21.014499
RETNI NIM:13.21.015211
UNIVERSITAS
MUHAMMAADIYAH PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIDKKAN
PRODI BIMBINGAN DAN
KONSELING
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kahadirat
ALLAH SAW yang telah melimpahkan rahmatnya dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PSIKOLOGI PERKEMBANGAN REMAJA “dengan
lancar.Maksud tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah PSIKOLOGI PERKEMBANGAN.Hal ini di karenakan untuk mnegetahui
Perkembangan remaja .Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari kekurangan karena kurangan pengetahuan dan referensi yang kami
dapatkan.sehingga kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.Semoga makalh ini dapat memberikan bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.
Palangka Raya,24 April 2014
Hormat kami
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini tidak jarang kita temui
remaja-remaja yang mengalami gangguan psikologis yang menghambat perkembangan
remaja tersebut. Hal ini tentulah suatu hal yang perlu diatasi dan perlu
mendapat tinjauan lebih lanjut.
Gangguan pada remaja ini terutama
disebabkan oleh pengaruh psikologis. Dimana seorang remaja mengalami hambatan
dalam mengembangkan kepribadiannya.
Badan Kesehatan Dunia menyebutkan
seperlima dari penduduk di dunia adalah remaja, dengan 900 juta penduduk remaja
berada di negara yang sedang berkembang dengan 20 persennya berada di
Indonesia. Jumlah remaja di Indonesia adalah sekitar 35,8 persen dari jumlah
populasi penduduk di Indonesia.
Masa remaja merupakan masa mencari
jati diri. Artinya pada remaja suka melihat permasalahan dengan menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri.
Perilaku remaja tersebut sangat
beresiko, misalnya masalah kesehatan. Karena itu, peran orangtua tetap penting
sebagai pengawas mereka.
Menurut WHO, remaja adalah saat anak
mencapai usia 10-19 tahun; sedangkan menurut Undang-undang kesejahteraan anak,
remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.
Perubahan yang terjadi pada remaja
adalah perubahan fisik dan perubahan psikologis, yakni adanya penambahan jumlah
hormon pada anak laki-laki dan perempuan. Selain itu, terdapat pula perubahan
pada psikoseksualnya yakni dorongan seks atau orientasi seksual. Terjadi pula
perubahan kognitif dan kepribadian seperti perkembagan moral, etika, atau
masalah kemanusiaan lainnya.
Faktor lingkungan inilah yang
menjadikan meningkatnya kerawanan pada anak dan yang diresahkan orangtua karena
saat anak remaja mereka lebih mendengarkan peer-groupnya (kelompok sebayanya).
Masalah remaja dapat digolongkan
menjadi masalah fisik dan masalah perilaku (psikososial) di rumah sekolah, di
jalan atau di tempat-tempat lain. Gangguan fisik yang sering dialami remaja di
antaranya masalah gizi seperti anemia atau obesitas, atau masalah pubertas dini
atau terlambat.
Berdasarkan survei pada 2001
didapatkan sekitar 26 peren remaja mengalami anemia. Hal ini bisa membuat anak
memiliki kecerdasan yang rendah, prestasi di sekolah menurun, gangguan perilaku
serta ganggguan keterampilan dalam memecahkan masalah.
Sementara itu, masalah perilaku yang
perlu diwaspadai adalah saat anak tersebut melakukan perilaku beresiko tinggi,
secara perorangan atau berkelompok, di antaranya masalah narkotik dan zar
adiktif lain (Napza), merokok, sampai pada masalah perilaku yang berdampak pada
kecelakaan lalu lintas, kawin muda, serta aborsi.
Berdasarkan data dari PBB, lebih
dari 2000 anak meninggal dunia setiap hari karena kecelakaan lalu lintas.
Sedangkan menurut laporan global WHO dan UNICEF, setiap tahun 830.000 anak
sehingga remaja usia 19 tahun tewas akibat berbagai kecelakaan.
Terjadinya remaja bermasalah sering
disebabkan oleh, keinginan remaja yang tidak sesuai dengan orang tua, guru,
teman, aturan hukum, serta moral agama.
B. Rumusan
Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan gangguan Psikologi remaja?
2.Gangguan apa yang paling sering dialami oleh remaja kebanyakan?
3.Apa saja penyebab-penyebab gangguan tersebut?
4.Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi pada remaja?
5.Apakah kasus Kepribadian ganda benar-benar ada?
C. Tujuan
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan gangguan psikologi remaja.
- Mengetahui gangguan yang paling sering dialami oleh remaja kebanyakan.
- Mengetahui dan memahami penyebab-penyebab gangguan tersebut.
- Mengetahui dan memahami cara mengatasi gangguan psikologi pada remaja.
- Mengenal kasus Kepribadian ganda.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Masalah Psikologis
Masalah psikologis atau sering
disebut dengan gangguan kesehatan jiwa dalam taraf ringan mungkin pernah kita
alami di kehidupan kita. Mungkin kita tidak menyadari dan tidak berusaha untuk
mengatasinya karena menganggap ringan.
Memang masalah psikologis yang
tarafnya masih ringan seperti : rendah diri, rasa kuatir yang berlebihan,
merasa bersalah, kurang percaya diri, mudah marah-marah, mudah tersinggung,
putus asa, hendaknya jangan dianggap ringan.
Sebaliknya harus segera diatasi
sebelum menjadi berlarut-larut dan kompleks yang mengakibatkan kondisi
kesehatan jiwa terganggu.
Remaja yang mengalami masalah
psikologis atau gangguan kesehatan jiwa pada taraf ringan (neurose) tidak
menunjukkan gejala yang aneh. Ia masih dapat berfikir, berkata-kata dan
bertindak, berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan normal. Sebaliknya
remaja yang mengalami gangguan jiwa (psychose), atau gangguan jiwa yang berat,
kepribadiannya jauh dari realitas. Segi tanggapan, perasaan, emosi sangat
terganggu, tidak ada integritas dan ia hidup dari alam kenyataan.
Macam-macam masalah Psikologis :
Masalah psikologis dijeniskan antara
lain sebagai berikut :
- Neurose atau gangguan jiwa pada taraf ringan seperti :
Ketegangan batin, rendah diri, rasa
kuatir yang berlebihan, gelisah/cemas, takut yang tidak beralasan, mudah
tersinggung, putus asa, pikiran-pikiran buruk, mudah marah, mudah merasa
bersalah dan sebagainya.
- Psychose atau gangguan jiwa pada taraf yang berat seperti :
Histeria, kepribadian dari segala
segi, seperti tanggapan perasaan/emosi terganggu, tidak ada integritas, hidup
jauh dari alam kenyataan.
Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu, yaitu di awal
abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley
Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja adalah suatu masa
perubahan. Pada masa remaja terajadi perubahan yang cepat, baik secara fisik
maupun psikologis.
B.
Beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja
- Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm and stressm. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.
- Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi sangat cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
- Perubahan alam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada msa remaja. Maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih positif. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama. tetapi juga dengan lawab jenis dan dengan orang dewasa.
- Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati masa dewasa.
- Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut. Serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
C. Beberapa karakteristik remaja
yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :
- Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
- Ketidakstabilan emosi
- Adanya perasaan kosong saat perombakan pandangan dan petunjuk hidup
- Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
- Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
- Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.
- Senang bereksperimentasi
- Senang bereksplorasi
- Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
- Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok
D. Kepribadian Ganda
Sebelum abad ke-20 gejala psikologi
ini selalu dikaitkan dengan kerasukan setan. Namun, para psikolog abad ke-20
yang menolak kaitan itu menyebut fenomena ini dengan sebutan Multiple
Personality Disorder (MPD). Berikutnya, ketika nama itu dirasa tidak lagi
sesuai, gejala ini diberi nama baru, Dissociative Identity Disorder (DID).
DID atau kepribadian ganda dapat
didefiniskan sebagai kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan
menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-masing
memiliki nama dan karakter yang berbeda.
Mereka yang memiliki kelainan ini
sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian, namun si penderita merasa kalau ia
memiliki banyak identitas yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa,
ingatan dan interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda.
Walaupun penyebabnya tidak bisa
dipastikan, namun rata-rata para psikolog sepakat kalau penyebabnya kelainan
ini pada umumnya adalah karena trauma masa kecil.
Untuk memahami bagaimana banyak
identitas bisa terbentuk di dalam diri seseorang, maka terlebih dahulu kita
haris memahami arti dari disosiasi (Dissociative).
Disosiasi
Pernahkah kalian mendapatkan
pengalaman seperti ini : ketika sedang bertanya mengenai sesuatu hal kepada
sahabat kalian, kalian malah mendapatkan jawaban yang tidak berhubungan sama
sekali.
Jika pernah, maka saat itu kalian
akan berkata “ Nggak nyambung! “
Dissosiasi secara sederhana dapat
diartikan sebagai terputusnya hubungan antara pikiran, perasaan, tindakan dan
rasa seseorang dengan kesadaran atau situasi yang sedang berlangsung.
Dalam kasus DID juga terjadi
disosiasi. Namun jauh lebih rumit dibanding sekedar “ Nggak nyambung “.
v Proses terbentuknya kepribadian ganda
Ketika kita dewasa, kita memiliki
karakter dan kepribadian yang cukup kuat dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan. Namun, pada anak-anak yang masih berusia dibawah tujuh tahun,
kekuatan itu belum muncul sehingga mereka akan mencari cara lain untuk bertahan
terhadap sebuah pengalaman traumatik, yaitu dengan disosiasi.
Dengan menggunakan cara ini, seorang
anak dapat membuat pikiran sadarnya terlepas dari pengalaman mengerikan yang
menimpanya.
Menurut Colin Ross yang menulis buku
The Osiris Complex (1995), proses disosiasi pada anak yang mengarah kepada
kelainan DID terdiri dari dua proses psikologis. Kita akan mengambil contoh
pelecehan seksual yang dialami oleh seorang anak perempuan.
Pertama-tama anak perempuan yang
berulang-ulang mengalami penganiayaan seksual akan berusaha menyangkal
pengalaman ini di dalam pikirannya supaya bisa terbebas dari rasa sakit yang
luar biasa, ia bisa mengalami “ Out of body experience “ yang membuat ia “
terlepas “ dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis yang sedang berlangsung.
Ia mungkin bisa merasakan rohnya melayang hingga ke langit-langit dan
membayangkan dirinya sedang melihat kepada anak perempuan lain yang sedang
mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru yang berbeda
telah muncul.
Proses kedua, sebuah penghalang
memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang
telag diciptakan.
Sekarang, sebuah kesadaran baru
telah terbentuk. Pelecehan seksual tersebut tidak pernah terjadi padanya dan ia
tidak bisa mengingat apapun mengenainya.
Apabila pelecehan seksual terus
berlanjut, maka proses ini akan terus menerus berulang sehingga ia akan kembali
menciptakan sebanyak mungkin identitas baru untuk mengatasinya. Ketikan
kebiasaan disosiasi ini telah mendarah daging, sang anak juga akan menciptakan
identitas baru untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis
seperti pergi ke sekolah dan bermain bersama teman.
Salah satu kasus kepribadian ganda
yang ternama yaitu Sybil, disebut memiliki 16 identitas yang berbeda.
Menurut psikolog, jumlah identitas
berbeda ini bisa lebih banyak pada beberapa kasus. Bahkan hingga mencapai 100.
Masing-masing identitas itu memiliki nama, umur, jenis kelamin, ras, gaya, cara
bicara dan karakter yang berbeda.
Setiap karakter ini bisa mengambil
alih pikiran sang penderita hanya dalam tempo beberapa detik. Proses
pengambilalihan ini disebut switching dan biasanya dipicu oleh beberapa kondisi
stres.
v Ciri-ciri pengidap kepribadian ganda
Ketika membaca paragraf-paragraf
diatas mungkin kalian segera teringat dengan salah seorang teman sekolah yang
suka mengubah-ubah penampilannya. Bagi kalian, sepertinya ia memiliki identitas
yang berbeda.
Atau mungkin kalian teringat dengan
salah seorang teman kalian yang biasa tersenyum. Namun tiba-tiba dikuasai
emosi. Ketika amarahnya meledak, kalian bisa melihat wajahnya tiba-tiba berubah
menjadi seperti “ srigala “. Bagi kalian, sepertinya identitas baru yang penuh
amarah telah menguasainya.
Apakah mereka pengidap DID?
Bagaimana cara kita mengetahuinya?
Jawabannya adalah pada identitas
yang menyertai perubahan penampilan atau emosi tersebut.
Misalkan teman kalian yang suka
mengubah penampilan atau sering mengalami perubahan emosi dan masih menganggap
dirinya sebagai dirinya sendiri, maka ia bukanlah penderita DID.
Untuk mengerti lebih dalam bagaimana
cara membedakannya, ada empat ciri yang bisa dijadikan indikator. Jika seseorang
mengalami seperti yang ada dalam ciri-ciri tersebut maka bisa dipastikan ia
adalah seorang pengidap DID.
Ciri-ciri tersebut adalah :
- Harus ada dua atau lebih identitas atau kesadaran yang berbeda di dalam diri orang tersebut.
- Kepribadian-kepribadian ini secara berulang mengambil alih perilaku orang tersebut (switching)
- Ada ketidakmampuan untuk mengingat informasi penting yang berkenaan dengan dirinya yag terlalu luar biasa untuk dianggap hanya sebagai lupa biasa.
- Gangguan-gangguan yang terjadi ini tidak terjadi karena efek psikologis dan substansi seperti alkohol atau obat-obatan atau karena kondisi medis seperti demam.
Dari empat poin ini. Poin nomor 3
memegang peranan sangat penting.
98 persen mereka yang megidap DID
mengalami amnesia ketika sebuah identitas muncul (switching). Ketika
kepribadian utama berhasil mengambil alih kembali, ia tidak bisa mengingat apa
yang telah terjadi ketika identitas sebelumnya berkuasa.
Walaupun sebagian besar psikolog
telah mengakui adanya kelainan kepribadian ganda ini, namun sebagian lainnya
menolak mengakui keberadaannya.
Mereka mengajukan argumennya
berdasarkan pada kasus Sybil yang ternama.
v Kasus Sybil Isabel Dorsett
Salah satu kasus paling terkenal
dalam hal kepribadian ganda adalah kasus yang dialami oleh Shirley Ardell
Mason. Untuk menyembunyikan identitasnya, Cornelia Wilbur, sang psikolog
menggunakan nama samaran Sybil Isabel Dorsett untuk menyebut Shirley.
Dalam sesi terapi yang dilakukan
oleh Cornelia, terungkap kalau sybil memiliki 16 kepribadian yang berbeda.
Diantaranya adalah Clara, Helen, marcia, Vanessa, ruthi, Mike (pria) dan
lain-lain. Menurut Cornelia, 16 identitas yang muncul pada diri Sybil berasal
dari trauma masa kecil akibat sering mengalami penyiksaan oleh Ibunya.
Kisa Sybil menjadi terkenal karena
pada masa itu kelainan ini masih belum dipahami sepenuhnya. Bukunya menjadi
best seller pada tahun 1973 dan sebuah film dibuat mengenainya.
Namun pada tahun-tahun berikutnya,
keabsahan kelainan yang dialami Sybil mulai dipertanyakan oleh para psikolog.
Menurut Dr. Herbert Spiegel yang
juga menangani Sybil. 16 identitas yang berbeda tersebut sebenarnya muncul
karena teknik hipnotis yang digunakan oleh Cornelia untuk mengobatinya. Bukan
hanya itu, Cornelia bahkan menggunakan Sodium Pentothal (serum kejujuran) dalam
terapinya.
Dr. Spiegel percaya kalau 16
identitas tersebut diciptakan oleh Cornelia dengan menggunakan hipnotis. Ini
sangat mungkin terjadi karena Sybil ternyata seorang yang sangat sugestif dan
gampang dipengaruhi. Apalagi ditambah dengan obat-obatan yang jelas dapat
membawa pengaruh kepada syarafnya.
Pendapat Dr.Spiegel dikonfirmasi
oleh beberapa psikolog dan peneliti lainnya.
Peter Swales, seorang penulis yang
pertama kali berhasil mengetahui kalau Sybil adalah Shirley juga setuju dengan
pendapat ini. Dari hasil penyelidikan intensif yang dilakukannya, ia percaya
kalau penyiksaan yang dipercaya dialami Sybil sesungguhnya tidak pernah
terjadi. Kemungkinan semua ingatan mengenai penyiksaan itu (yang muncul karena
sesi hipnotis) sebenarnya hanyalah ingatan yang ditanamkan oleh sang terapis,
Cornelia Wilbur.
Jadi bagi sebagian psikolog, DID ini
hanyalah sebuah false memory yang tercipta akibat pengaruh terapi hipnotis yang
dilakukan oleh seorang psikolog. Tidak ada bukti kalau pengalaman traumatis
bisa menciptakan banyak identitas baru di dalam diri seseorang.
Dengan kata lain, kasus Sybil
hanyalah sebuah false memory. Maka runtuhlah seluruh teori dissosiasi dalam
hubungannya dengan kelainan kepribadian ganda. Ini juga berarti kalau kelainan
kepribadian ganda sesungguhnya tidak pernah ada.
Perdebatan ini masih terus berlanjut
hingga saat ini dan kedua pihak memiliki alasan yang sama kuat. Jika memang DID
benar-benar ada dan hanya merupakan gejala psikolog biasa, mengapa masih ada
hal-hal yang belum bisa dijelaskan oleh para psikolog?
v Misteri dalam DID
Misalnya ketika sebuah identitas
muncul, perubahan biologis juga muncul di dalam tubuh sang pengidap. Kecepatan
detak jantungnya bisa berubah. Demikian juga suhu tubuhnya, tekanan darah dan
bahkan kemampuan melihat.
Lalu identitas yang berbeda bisa
memiliki reaksi yang berbeda terhadap pengobatan. Kadang pengidap yang sehat
bisa memiliki identitas yang alergi. Ketika identitas itu menguasainya. Ia
benar-benar akan menjadi alergi terhadap substansi tertentu.
Lalu, misteri lainya yang mengangkut
kasus Billy Miligan yang dianggap kasus DID yang paling menarik.
Billy adalah seorang mahasiswa yang
dihukum karena memperkosa beberapa wanita. Dalam sesi pemeriksaan kejiwaan,
ditemukan 24 kepribadian yang berbeda di dalam dirinya.
Identitas yang mengaku bertanggung
jawab atas tindakan pemerkosaan itu adalah seorang wanita. Identitas lain
bernama Arthur yang merupakan orang Inggris dan memiliki pengetahuan luas.
Dalam Interogasi, Arthur ternyata
bisa mengungkapkan keahliannya dalam hal medis. Padahal Billy tidak pernah
mengalami soal-soal medis. Menariknya, Arthur ternyata lancar berbahasa Arab.
Bahasa ini juga tidak pernah dipelajari oleh Billy. Identitas lain bernama
Regan bisa berbicara dalam bahasa Serbia Kroasia. Billy juga tidak pernah
mempelajari bahasa tersebut.
Sampai saat ini kasus tersebut belum
mendapatkan titik terangnya.
E. Pencegahan
gangguan psikologis remaja
Dalam mencegah agar jangan sampai
anak atau remaja itu mengalami gangguan atau masalah psikologis tentunya ada
beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Langkah-langkah pencegahan :
- Menekankan pengaruh pendidikan terhadap jiwa
Pendidikan dan bimbingan anak
diberikan sedini mungkin terutama pendidikan waktu kecil, karena pendidikan
itulah yang banyak menentukan hari depan seseorang. Melalui pendidikan dapat
tertanam dihati anak sikap-sikap yang baik, seperti sopan santun, budi pekerti
yang baik, tata tertib, agama dan sebagainya.
- Memberikan pendidikan dalam rumah tangga
Dalam memberikan pendidikan serta
bimbingan kepada anak, suasana keluarga yang harmonis hendaknya tercipta,
karena dengan adanya kedamaian dalam rumah tangga itu akan menimbulkan
ketentraman hati anak. Remaja harus diberikan kepercayaan dalam berbuat dan
bersikap, tentunya perbuatan dan sikap tersebut harus dilandasi norma-norma dan
agama. Orang tua selalu memberikan contoh perilaku yang baik. Misalnya, saling
menyayangi, saling mencintai, perhatian terhadap anggota keluarga, memberikan
kesempatan kepada anak yang sedang tumbuh remaja untuk bertukar
pikiran/pendapat tentang masalah-masalah apapun kepada Ibu dan Bapaknya.
- Pengembangan pendidikan anak di lingkungan sekolah
Sekolah yang disebut juga sebagai
lingkugan kedua bagi anak dalam mengembangkan kemampuannya, maka sekolah sangat
membantu di dalam pembinaan dan pembimbingan anak.
Di samping itu sekolah juga membantu
siswa dalam meningkatkan kemampuan intelektual mereka sehingga mereka menjadi
anak yang pandai dan cerdas.
Hal lain adalah sekolah juga membina
kepribadian anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
harapan orang tua, sekolah dan masyarakat.
Melalui pengembangan pendidikan di
sekolah diharapkan anak/remaja dapat menyalurkan serta mengembangkan minat,
bakat dan kemampuannya.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Masalah atau gangguan psikologis
yang sering dialami oleh para remaja timbul karena kurangnya kasih sayang dan
perhatian dari orangtua pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Juga
dimungkinkan karena orangtua terlalu memberikan proteksi/perlindungan yang
berlebihan dalam membimbing anak.
Hal ini terlihat dari sikap-sikap
para remaja yang mengalami masalah gangguan psikologis, yaitu antara lain: rasa
kuatir yang tidak beralasan, rasa takut yang berlebihan, minder/rendah diri,
mudah marah, susah bergaul, pemalu, selalu ragu-ragu dalam bertindak, kurang
percaya diri, sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan, murung, merasa bersalah
dan sebagainya.
Saran
Banyaknya akibat yang timbul dari
masalah gangguan psikologis pada remaja ini tentunya akan berdampak pada masa
depan seorang remaja. Karena itu gangguan psikologis pada remaja harus
dideteksi sedini mungkin dan sebaiknya segera diatasi. Karena tentunya orangtua
manapun tidak menginginkan anaknya memiliki kepribadian yang terganggu.
Selain itu gangguan psikologis
inilah yang biasanya mengawali kenakalan remaja pada umumnya. Remaja yang
merasa tidak diterima di lingkungan keluarganya akan mencari cara agar dirinya
diperhatikan. Ia akan melakukan tindakan-tindakan yang cenderung tidak
bertanggung jawab.
Oleh karena itu, peran orangtua
sangat besar dalam hal mengawasi dan mengendalikan perilaku anak tetapi dalam
batas yang wajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar