MAKALAH
Teori Belajar Humanisme
Menurut Carl Rogers
Menurut Carl Rogers
Mata kuliah : Belajar dan Pembelajaraan
Dosen Pengajar
Heru Nurrohman, M.Pd
Di susun oleh :
Kelompok 4
Dewi Sartika 13.21.014494
Dewi Sartika 13.21.014494
Heppy Ratna Sari
13.21.014495
Maria Anita Priska Lambu 13.21.014861
Maria Anita Priska Lambu 13.21.014861
PROGRAM STUDY BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA 2013
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA 2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat
dan ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Teori Belajar Humanisme”.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
semoga makalah ini biasa bermanfaat bagi kita maupun masyarakat.
Palangka
Raya, Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil
dari latihan atau pengalaman. Belajar dan pembelajaran berhubungan sangat erat
karena pembelajaraan merupakan suatu proses yang digunakan dalam belajar.
Belajar dan Pembelajaran juga terjadi secara bersama-sama dan beriringan.
Pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja dilakukan untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan pada tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan pendidikan.
1.2 Tujuan Masalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang Teori Belajar Humanisme,
Serta agar dapat mengetahui model pembelajaran yang dikuasai oleh peserta didik.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Teori Pembelajaran Humanisme ?
2. Bagaimana
cara penjelasan Carl Rogers mengenai teorinya ?
B. Pengertian Teori Humanisme
Menurut Carl
Rogers Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh
faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan.
Menurut Teori Humanisme adalah aktualisasi diri yang merupakan puncak
perkembangan individu. Carl Rogers menyimpulkan tujuan belajar adalah
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajar
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Carl Rogers
juga berpendapat penganut Teori Humanistik adalah proses belajar harus berhulu
dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini menekankan pentingnya “isi”
dari proses belajar. Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara
tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
C. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers
Teori
Humanistik metode yang diterapkan oleh Carl Rogers dalam psikoterapi awalnya
disebut non directive atau terapi yang berpusat pada klien(client centered
therapy). Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Carl Rogers sebagai
metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional.
Cals Rogers berkeyakinan bahwa pandangan Humanistik dan holisme terdapat
nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan
pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh. Berfungsi secara
5 sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being) yaitu :
1. Keterbukaan
pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang
yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi
baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik positif
maupun negative.
2. Kehidupan
Eknstensial
Kualitas dari kehidupan esnstensial
dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan
sesuatu yang baru dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai
respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercyaan
terhadap organisme
Pengalaman akan menjadi hidup ketika
seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan
bertingakah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan
intuitif). Sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi
dengan baik.
4. Perasaan
bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat
membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintngan-rintangan
antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan
merasa mampu melakukan apa sajayang ingin dilakukannya.
5.
Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri-ciri tingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, dan berkembang sebagai respons atas
stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam disekitarnya.
Carl Rogers adalah
seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prangsaka buruk (antara klien dan trapist) dalam membatu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Carl Rogers juga menyakini bahwa
sebenarnya klien memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas
trapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Carl
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri
adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi-pontensi psikologis yang unik. Menurut Carl Rogers yang terpenting
dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip
pendidikan dan pembelajaraan yaitu :
1. Menjadi
manusia berarti memiliki kekuataan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pengajaraan berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa.
3. Belajar
yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Carl Rogers menunjukkan sejumlah
prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting yaitu :
1. Manusia
itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar
yang signifikasi terjadi apabila materi pembelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar
yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar
yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar
diperlancar bila mana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar
insiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun
intelek. Merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari
9. Kepercayaan
terhadap diri sendiri,kemerdekaan,kreativitas,lebih mudah dicapai terutama jika
siswa dibiasakan melawan diri sendiri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar
yang paling berguna secara sosial didalam modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar , suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
C. Aplikasi Teori Belajar Humanisme dalam Pendidikan
1. Pendidikan
Humanistik
Menurut rogers(2003), dalam proses
pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang
harmonis/tulus untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai
aktualisasi diri salah satu cara untuk mendeskripsikan pendidikan humanistik
adalah dengan melihat apa yang terjadi dikelas. Kirchen baum (1975) melihat ada
5 dimensi yang terdapat dijadikan jalan untuk menjadi kelas yang humanis.
a. Pilihan
dan kendali diri dalam hidupnya.
b. Siswa
diharapkan dengan proses menetapkan tujuan dan membuat keputusan.
c. Siswa
dapat dilatih melalui aktivitas kegiatan belajar.
d. Belajar
yang memungkinkan memiliki pilihan dan kendali dalam merancang masa depan.
e. Menetapkan
tujuan, memutuskan semua tindakan yang dilakukan, dan mempertanggung jawabkan
keputusan yang telah diperbuat.
2. Aplikasi
dalam Pembelajaraan
Aplikasi teori
humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaraan
humanistic adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaraan.
Pembelajaraan berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan pada
materi-materi pembelajaraan yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indicator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang bergairah, berinsiatif dalam belajar dan perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku.
Belajar adalah
menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya
adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori
humanistik dalam pembelajaraan guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan
pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini
diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok
sehingga siswa dapat mengemukan pendapatnya masing-masing didepan kelas. Guru
member kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap
materi yang diajarkan. Pembelajaraan berdasarkan teori humanistik ini cocok
untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian , hari nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Uno,
hamzah 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
3. Palmer,
J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang.
(terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela.
4. Roberts,
T.B. 1975. Four Psychologies Applied to Education. New York : Schenkman
Publishing Company Halsted Press Division John Wiley and Sons.
5. Soemanto,
Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.
6. Dr.
Hamzah B. Uno, M.Pd. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara. 2006. hal 13
7. Drs.
Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 79-80.
8. Drs.
Tadjab, M.A. Ilmu Jiwa Pendidikan. Surabaya : Karya Abditama. 1994. hal 82-83.
9. Palmer,
J.A. (editor). 2003. 50 Pemikir Pendidikan. Dari Piaget Sampai Masa Sekarang.
(terjemahan : Farid Assifa). Yogyakarta : Penerbit Jendela
10. Drs.
Wasty Soemanto, M.Pd. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,
Jakarta: Rieneka Cipta.1998. hal. 233-234
Tidak ada komentar:
Posting Komentar